Mengenal NFT dan Potensinya di Masa Depan
Sebagai seorang ayah milenial yang mulai melek teknologi dan ingin mengelola masa depan keluarga dengan cerdas, kita pasti pernah dengar istilah NFT. Mungkin dari berita viral, media sosial, atau bahkan obrolan santai di grup WhatsApp. Tapi, sebenarnya apa sih NFT itu? Apakah ini hanya tren sesaat, atau ada potensi nyata di balik popularitasnya?
Tulisan ini saya buat karena saya juga sempat bingung dan penasaran. Apalagi di tengah kesibukan sebagai guru SD, ayah dua anak, dan suami yang (lagi berusaha) bijak soal keuangan keluarga, saya merasa penting buat pahami hal-hal seperti NFT. Siapa tahu, ini bisa jadi peluang baru atau setidaknya nambah pengetahuan digital kita.
Apa Itu NFT?
NFT adalah singkatan dari Non-Fungible Token. Kalau diterjemahkan bebas, artinya token yang tidak dapat dipertukarkan dengan nilai yang sama. Berbeda dengan uang kertas Rp 100 ribu yang bisa kamu tukar dengan dua lembar Rp 50 ribu, NFT itu unik dan tak tergantikan.
NFT adalah aset digital yang hidup di jaringan blockchain, biasanya menggunakan platform seperti Ethereum. Aset ini bisa berupa karya seni digital, video pendek, musik, barang virtual dalam game, bahkan tweet!
Yang bikin menarik, setiap NFT punya sertifikat kepemilikan digital yang tidak bisa diubah atau dipalsukan karena tercatat secara permanen di blockchain.
Dari Mana Asalnya?
NFT pertama kali mulai dikenal publik luas pada tahun 2017 lewat game CryptoKitties, di mana pengguna bisa memelihara dan memperdagangkan kucing virtual. Meski terkesan sepele, inilah titik awal dari ledakan NFT sebagai aset digital bernilai tinggi.
Popularitas NFT melonjak pesat sekitar awal tahun 2021, di mana banyak seniman dan kreator mulai menjual karya mereka dalam bentuk NFT. Salah satu contohnya adalah Beeple, seniman digital yang berhasil menjual karya seni NFT-nya seharga $69 juta di rumah lelang Christie’s. Angka yang bikin melongo, kan?
Perbedaan NFT dan Kripto
Sebagai ayah yang baru belajar soal dunia digital finance, saya sempat berpikir NFT itu seperti kripto biasa. Tapi ternyata beda.
-
Kripto seperti Bitcoin atau Ethereum bersifat "fungible" — artinya bisa dipertukarkan. 1 Bitcoin nilainya selalu sama dengan 1 Bitcoin lainnya.
-
NFT bersifat "non-fungible" — tiap NFT punya nilai, identitas, dan data unik. Misalnya, dua lukisan digital NFT meskipun sama-sama bertema pemandangan, tetap punya nilai dan ciri khas yang berbeda.
Dengan kata lain, NFT lebih mirip seperti koleksi seni digital dibanding mata uang.
Bagaimana NFT Bekerja?
Setiap NFT disimpan di blockchain dan mencatat berbagai informasi, seperti:
-
Siapa penciptanya
-
Harga awal dan riwayat jual-beli
-
Siapa pemilik saat ini
NFT biasanya dijual dan dibeli menggunakan ETH (Ethereum). Platform jual-beli NFT yang terkenal misalnya OpenSea, Rarible, dan Foundation.
Misalnya kamu beli NFT karya seni digital, kamu memang tidak memegang barang fisiknya, tapi kamu tercatat sebagai pemilik sah satu-satunya karya itu di dunia digital. Ibarat beli lukisan mahal, tapi lukisannya eksis di galeri virtual.
Potensi NFT di Masa Depan
Nah, bagian ini yang menurut saya paling menarik dan penting buat kita sebagai ayah milenial: apakah NFT layak dilirik sebagai peluang masa depan?
1. Investasi Aset Digital
Beberapa NFT bisa naik nilai jualnya berkali-kali lipat dalam waktu singkat. Tapi tentu saja, risikonya juga tinggi. Layaknya investasi, tidak semua NFT akan sukses.
Jika kamu tertarik, pastikan untuk melakukan riset terlebih dahulu — siapa kreatornya, apakah NFT tersebut punya nilai seni, komunitas pendukung, atau bahkan kegunaan dalam metaverse atau game.
2. Diversifikasi Portofolio
Kalau kamu sudah punya tabungan, asuransi, mungkin sedikit reksa dana, NFT bisa jadi tambahan sebagai portofolio digital. Tapi ingat, jangan jadikan ini sebagai aset utama. NFT cocok sebagai lapisan tambahan dalam strategi keuangan keluarga.
3. Peluang untuk Seniman dan Kreator
Kalau kamu punya hobi menggambar, bikin musik, atau animasi digital — NFT bisa jadi cara baru untuk menjual karya kamu tanpa harus lewat galeri atau label besar.
Bahkan anak-anak kita nanti, yang besar di era digital, bisa belajar sejak dini bahwa karya digital mereka punya nilai ekonomi. Bisa banget kalau suatu saat kamu bantu anak bikin karya dan mengunggahnya sebagai NFT.
4. Dunia Koleksi Baru
Dulu kita mungkin suka koleksi perangko, kartu bola, atau action figure. Sekarang, anak muda (dan ayah muda!) bisa koleksi versi digitalnya lewat NFT. Ini bisa jadi bentuk ekspresi baru dan hobi modern yang nggak kalah menarik.
5. Mendorong Inovasi
NFT bukan cuma soal jualan gambar. Sekarang mulai muncul NFT interaktif, NFT yang bisa berubah bentuk sesuai waktu, bahkan NFT yang bisa dijalankan sebagai karakter dalam game metaverse.
Teknologi ini membuka jalan untuk perkembangan industri seni, hiburan, pendidikan, bahkan kepemilikan digital properti.
Tapi... Apa Risikonya?
Seperti semua bentuk investasi, NFT juga punya risiko besar:
-
Nilai yang sangat fluktuatif – Harga bisa meroket, tapi bisa juga jatuh drastis.
-
Masalah legalitas – Belum semua negara punya regulasi jelas soal NFT.
-
Isu hak cipta – Kadang ada yang menjual karya orang lain tanpa izin.
-
Biaya transaksi (gas fee) – Di jaringan Ethereum, biaya transaksi bisa sangat tinggi.
Jadi penting banget buat hati-hati, riset, dan jangan asal ikut-ikutan tren.
Perlukah Ayah Milenial Tahu NFT?
Jawabannya: ya, minimal tahu dasarnya.
Sebagai ayah milenial, kita bukan cuma bertugas mengurus keluarga sekarang, tapi juga memikirkan masa depan. Dengan memahami teknologi baru seperti NFT, kita bisa:
-
Memberi contoh ke anak soal pentingnya melek digital
-
Membuka peluang baru untuk investasi atau kreativitas
-
Menghindari jebakan tren digital yang menyesatkan
NFT memang bukan untuk semua orang, tapi mengenalnya adalah langkah cerdas agar kita tidak tertinggal zaman. Siapa tahu, suatu saat nanti, kita malah bantu anak bikin proyek NFT pertamanya!
Gimana nih menurut Ayah sekalian? Yuk, share pengalaman atau pendapat di kolom komentar di bawah! Setelah itu, jangan lupa mampir ke artikel-artikel Zona Ayah lainnya, pasti banyak yang pas buat Ayah.